![]() |
Pintu pagar masuk ke situs Megalith |
Haripun sore dan kami meninggalkan lokasi ini untuk kembali menuju kampung Pa’ Umor, tidak lupa memanen pakis hutan muda yang lezat untuk bisa dinikmati malam harinya. Sesampainya di kampung, sudah siap beberapa mobil untuk menjemput kami kembali ke Ngimat Ayu Guest House. Malam ini kami sudah siap dengan dua menu yang pertama adalah tom yam dan tumis pakis. Lelah akan hilang tersapu makanan lezat yang sudah terbayang didepan mata.
![]() |
Sampai d batu megalitikum |
![]() |
Akhirnya Sampai juga |
![]() |
Gede kan batunya |
Selesai membersihkan diri dan makan, malam hari ini kami berkesempatan berbincag dengan Scoot. Sambil menyeruput kopi berbagai macam cerita berhasil didapat, termasuk Pesta Nukenen Bario atau “Bario Food Festival” yang berlangsung diakhir Juli hingga awal Agustus. Sayang saat saya datang festival ini sudah lewat. Dari foto-foto yang saya lihat, festival ini merupakan surga bagi pecinta kuliner dimana makanan lokal yang jarang keluar akan muncul di festival ini termasuk pertunjukan tradisi dan budaya. Seluruh penduduk dari berbagai rumah panjang akan hadir disini. Penduduk akan berkumpul bersama dan merayakan kebahagiaan di Nukunen festival
![]() |
Long Journey |
![]() |
Me and the Gank |
Akhir dari Perjalanan
Siang ini kami akan kembali kenegara masing-masing. Sedih meninggalkan alam yang sangat alami dalam kesederhanaan ini. Banyak cerita yang akan kami bawa. Bandara ini disesaki penumpang yang akan menuju Marudi dan Miri. Kebanyakan membawa hasil bumi. Untuk ukuran bandara kecil, tempat ini sangat sibuk. Banyak yang membawa hasil pertanian untuk dibawa kekota. Saya sendiri melihat kantong oleh oleh yang dititipkan Scott untuk dibawa pulang ke Indonesia. 2 kilogram beras Bario dan sebatang kayu manis sepanjang 1 meter yang terpaksa saya patahkan menjadi 2.
![]() |
Kami tetap bahagia |
Seperti sebelumnya. Kami harus melewati mesin timbangan bersama barang bawaan, setelah itu baru barang dimasukkan kedalam bagasi. Pemeriksaan sangat sederhana, tanpa mesin X-Ray hanya 2 wanita RELA (pengamanan sukarela) yang memeriksa tas dan tubuh penumpang yang akan berangkat menggunakan pesawat sebelum masuk ke ruang tunggu. Saya merasa belum puas menikmati kesegaran Bario.
Bagi saya yang hidup dengan segudang aktifitas modern dengan lingkungan perkotaan, tinggal tiga hari di Bario membuat saya menemukan gaya hidup yang unik dan berbeda. Hidup dengan mengandalkan alam. Menghirup udara segar sepanjang hari. Belajar menikmati berbagai macam tradisi dan kekayaan alam serta aktifitas dialam membuat saya menemukan kesederhanaan tanpa modernisasi. Jauh dari nada dering panggilan telepon atau bunyi notifikasi dari jejaring sosial. Tidak sibuk mengecek email atau stress dengan pekerjaan sembari memandang laptop. Jauh dari mal dan kehidupan malam penuh hura-hura serta tidak terjebak macet dengan bunyi klakson memekakan telinga. Tidak ada polusi dari knalpot kendaraan.
![]() |
Always Happy. Thanks Guys! |
Interaksi setiap hari langsung bertatap muka satu sama lain. Tidak ada keramahan semu di sini. Semuanya menyapa dengan tulus. Hidup menjadi sangat akrab dengan satu sama lainnya. Saya sangat menikmati hidup disini, jauh dari kemewahan dan peradaban elektronik. Masih ada aktifitas lain seperti Bird watching, kabarnya disini ada 2 jenis burung endemik yang hanya ada di Bario. Jangan lupa juga untuk mencoba sensasi bermain kayak di dataran tinggi yang pastinya berbeda.
![]() |
Love ya Bario |
Saya juga mengingatkan bagi yang tidak terbiasa berada didataran tinggi untuk berhati-hati dengan mountain sickness karena teman saya ada yang mimisan karena belum pernah kedataran tinggi sebelumnya.
Saya yakin jika Bario adalah obat manjur menjauh dari stress