Kendaraan saya perlahan memasuki wilayah Singkawang. Pipit, teman GenPI Jogja duduk dibelakang, beberapa kali terpukau dengan semarak Cap Go Meh yang tak ditemukan dikotanya. Kiri kanan jalan sudah dihiasi dengan lampion merah yang semakin mempertegas Singkawang sebagai pecinan terbesar di Indonesia. Etnis Tionghoa yang mendiami Singkawang menyebut kota ini dengan nama San Keuw Jong, sementara julukan yang diberikan untuk kota Ini adalah Kota Seribu Kelenteng karena hampir disetiap sudut dan sepanjang jalan berdiri kokoh bangunan tempat persembahyangan berbagai ukuran.Ada pula yang memanggil keelokan kota administratif ini dengan nama Kota Amoy. Bisa disimpulkan, banyak etnis Tionghoa mendiami kota ini. Mata dimanjakan dengan warna cerah yang hingar bingar. Semuanya bersolek menyambut perayaan Cap Go Meh yang akan berlangsung. Semuanya berhias rapi jali dengan dominasi warna merah diseluruh penjuru negeri.
![Cap Go Meh, Kemeriahan Membuka Pintu Rejeki Cap Go Meh, Kemeriahan Membuka Pintu Rejeki]() |
Cap Go Meh, Kemeriahan Membuka Pintu Rejeki |
Cap Go Meh sendiri adalah perayaan lima belas hari setelah Imlek. Hari puncak rasa syukur atas segala rejeki yang didapat setelah tahun baru, seperti perayaan keagamaan lainnya, Imlek dan Cap Go Meh dirayakan besar-besaran bagi sebagian besar suku Hakka yang mendiami kota ini. Rasa lelah selama 3 jam perjalanan mengarungi 145 kilometer akan sirna dengan Festival Cap Go Meh Kota Singkawang
Tatung, Eksotisme Mistis ala Singkawang.
Dari berbagai sumber yang saya baca, Tatung sendiri merupakan akulturasi asli budaya Tionghoa Indonesia khususnya Singkawang yang justru tidak ditemui dinegeri nenek moyang. Tatung dalam bahasa Hakka berarti orang yang dirasuki roh, dewa, leluhur, atau kekuatan supranatural. Pawai tatung di Singkawang ini merupakan yang terbesar di dunia. Saya sempat mengintip persiapan para tatung ini di sebuah Vihara, pinggiran kota Singkawang. Perbincangan saya dengan Pak Abuy, salah satu anggota yayasan yang menaungi kelenteng Hiap Thian Kiong mengatakan “Nanti ada pendeta yang akan panggil roh orang baik yang akan masuk kedalam tatung. Tunggu selesai mereka pakai baju dan dibawa kesini. Kamu datang jak ke kelenteng-kelenteng pinggir kota Singkawang subuh-subah, nanti liat sendiri ritual dia panggil”. Saya juga baru memahami kalau tatung harus berpuasa selama tiga hari sebelum acara berlangsung dan mereka juga harus vegetarian. Pak Abuy juga menyampaikan bahwa sebelum acara ini berlangsung sudah ada ritual pembersihan kota agar semua yang jahat pergi dan acara pawai besok berlangsung meriah.
![]() |
Persiapan Tatung sebelum mulai perarakan |
Subuh, Sebelum matahari terbit, saya dan Pipit sudah bergerak menuju pinggiran kota Singkawang. Menuju sebuah kelenteng kecil yang yang saya lewati saat masuk kota Singkawang. Disana sudah ramai orang berkumpul. Memarkir kendaraan sebentar di sebuah warung kopi, memesan kopi susu sambil menyeruput sedikit dan bergegas menuju kelenteng yang hanya berjarak 200 meter. Dari kejauhan saya melihat arakan tatung mulai bergerak menuju kelenteng untuk memulai ritual pemanggilan roh. Arakan panji kebesaran berbagai warana dan bentuk berada paling depan lalu diikuti oleh barisan anggota pawai berseragam merah hitam baru kemudian tatung beserta asistennya dan pembawa tandu.
![Memanggil Dewa untuk merasuk ke tubuh tatung Memanggil Dewa untuk merasuk ke tubuh tatung]() |
Memanggil Dewa untuk merasuk ke tubuh tatung |
Mereka setengah berlari menuju kelenteng dan mulai melakukan ritual. Seorang pendeta mulai membunyikan lonceng kecil, menaburkan uang kertas, membakar dupa dan uang kertas. mulutnya komat kamit seraya memutar-mutarkan dupa ke tubuh dan waja tatung. Beberapa kali asisten tatung menyipratkan air menggunakan seikat daun. beberapa kali tatung bergerak mulai tidak wajar. badannya seperti bergetar, bola mata hitamnya menghilang keatas sementara tangannya seperti melakukan gerakan gerakan doa. Aura mistis mulai terasa, sayangnya saya tidak bisa bertahan lama karena harus menuju jantung kota Singkawang agar bisa berada dekat dengan atraksi Naga dan Tatung.
![Arakan Awal tatung dengan panji kebesaran Arakan Awal tatung dengan panji kebesaran]() |
Arakan Awal tatung dengan panji kebesaran |
Selama perjalanan saya melihat sudah banyak truk berisi kelompok tatung yang bergerak menuju arena pawai. Beberapa tatung berada dalam bak terbuka dan dipegang oleh asisten. Terlihat mereka terus mendupai tatung sembari memberikan makanan yang saya duga adalah beras kuning. Aroma dupa memenuhi jalanan Singkawang, uang kertas berserakan dimana-mana sementara jalanan mulai macet karena para peserta mulai berkumpul di satu titik, didepan Kantor walikota. Orang-orang yang menontonpun sudah mulai menyemut dijalanan. Sudah banyak jalan utama yang ditutup dan tidak bisa dilewati lagi. Banyak orang berusaha mencari jalan untuk masuk dan memarkir kendaraan, saya satu diantaranya yang ikut menyelip kesana kemari.
12 Naga Pembuka Jalan Dewa Dewi Langit.
Cuaca mulai panas, matahari di Kota Singkawang benar-benar terik tanpa ada awan yang melindungi Penonton sudah riuh rendah menunggu acara segera dimulai. Semuanya sudah tidak sabar melihat tatung beratraksi di jalan, ada yang berdiri sambil bertepuk tangan ada pula yang bersorak sorai. Tak berapa lama terdengar bunyi gendang ditabuh, Tambur dan simbal ikut memecah suasana. Dari kejauhan tampak bola api naga meliuk liuk dan kepala naga mengejar dengan cepat, tubuhnya merah bercampur emas ikut menari dan meliuk dihadapan penonton yang riuh rendah di tribun. Masing-masing naga menunjukkan atraksi terhebatnya di beberapa tempat sekaligus.
![Naga Pembuka Jalan Naga Pembuka Jalan]() |
Naga Pembuka Jalan |
Naga – naga ini memiliki panjang sekitar 20 meter, walaupun hanya replika, gerakan sangat luwes. Naga ini seperti sedang menari dilangit biru. Tentu ini semua akibat kekompakan para pemain dan berhasil mengikuti sang dalang memainkan bola api nya. Beberapa kali kepala naga melewati kepala penonton bahkan hampir menyentuh penonton. Atraksi ini sengaja dibuat agar wisatawan puas. Semakin kencang sorak sorai penonton semakin heboh atraksi naga. Adrenalin para pemain naga semakin terpacu dan membakar semangat untuk memberikan liukan terbaik. Pipit berkali kali meminta saya untuk mengabadikan momen spesial dengan latar belakang naga. Puluhan jepretan tapi tak pernah puas. Lagi dan lagi.
![Selain Naga, ada Dewa dari kelenteng yang dibawa untuk membuka jalan Selain Naga, ada Dewa dari kelenteng yang dibawa untuk membuka jalan]() |
Selain Naga, ada Dewa dari kelenteng yang dibawa untuk membuka jalan |
Tidak hanya pria dewasa, ada pula naga jambon yang dimainkan oleh para ibu-ibu juga ada menyemarakkan Cap Go Meh Singkawang 2018 ini. Permainannya tidak kalah dengan pria. Walaupun terengah engah ibu-ibu ini mampu meliukkan naga dengan indah. Terasa sekali sentuhan permainan wanita ditiap gerakan naga ini. Saya yakin, mereka sudah bekerja keras untuk bisa memainkannya. Dibelakangnya ada pula naga lain yang dimainkan remaja dan anak-anak. Sedari kecil sudah dikenalkan kepada budaya nenek moyang. Tidak ada keraguan diwajah mereka saat memainkan tongkat bambu yang tersambung dengan tubuh naga. Semuanya ceria dan penuh semangat. Seperti panas matahari yang semakin menyengat!
![Jelangkung, menjaga Dewa dan Leluhur tetap bersemayam Jelangkung, menjaga Dewa dan Leluhur tetap bersemayam]() |
Jelangkung, menjaga Dewa dan Leluhur tetap bersemayam |
12 Naga membuat semua penonton puas karena mampu membuka parade tatung dengan berkesan. Liukannya membuka jalan bagi roh leluhur untuk mengusir roh jahat. Hari semakin siang dan panas matahari mulai menjadi. Penonton di tribun makin tidak sabar untuk melihat atraksi yang lebih menantang. Kepala mulai memanjang dan leher menegang, “dimana para Tatung?”.
Tatung, Penghalau Roh Jahat, Pembersih Jalan Rejeki
Rian, seorang warga lokal yang duduk disebalah saya mengatakan “ tidak ada yang bisa nolak untuk jadi tatung, dia orang dipilih oleh dewa dan nenek moyang, biasenye masih ada turunan”. dialek Tionghoa terdengar kental saat ia menjelaskan. Tatung sendiri merupakan media untuk mengusir roh-roh jahat, tatung sebagai simbol dan penanda dimana roh-roh baik akan membuang pengaruh roh jahat. Inilah media utama yang digunakan dalam pagelaran budaya Cap Go Meh. Tatung sendiri adalah orang terpilih yang hanya dipilih oleh leluhur, tidak bisa sembarangan orang dan tidak bisa dipelajari. Kemampuan ini lahir dengan sendirinya dan biasanya akan menurun dalam satu garis keturunan tapi bisa juga tidak. Namun pada zaman sekarang, ada pula yang rela belajar dengan lauya agar bisa menjadi seorang tatung.
![Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh]() |
Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh |
Perlahan-lahan panji kebesaran dan bendera dari berbagai Tepekong muncul. dibelakangnya terdapat tandu tandu yang berisi patung dewa yang di puja. tidak lupa aroma dupa menyeruak dengan kencang. diempat sudut rumah tandu yang dipanggul oleh 12 orang. dibelakangnya ada jelangkung yang terbuat dari anyaman rotan dan diberi pakaian seperti panglima perang dengan 4 kain yang dipegang oleh 4 orang sekaligus. Memegangnya bukan perkaran mudah, harus saling bergantian memeganginya karena patung kayu ini seperti hidup dan terlempar kesana kemari tak terkendali. SUpaya dapat terus “hidup” maka asap dupa dan percikan air doa tidak boleh putus. Semua peralatan ini selalu ada disetiap barisan tatung, sepertinya ini adalah hal penting agar dewa dan leluhur tetap bersemayam didalam tubuh tatung. Saya bisa melihat tiap 10 menit harus bertukar, dengan cuaca Singkawang yang panas seperti ini, pastilah keringat tak berhenti mengucur.
![Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh]() |
Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh |
Tidak semua tatung berada di singgasana yang penuh dengan mata pisau, tombak dan paku yang jadi alas duduk, alas kaki dan pegangan. Ada pula yang berjalan tanpa alas kaki dijalanan aspal panas. dibuka dengan seorang tatung berwajah hitam dengan beberapa lidi tajam yang tertembus dipipinya. Beberapa asisten membantu menyiprati air dengan seikat daun, tak lupa membunyikan lonceng dan memberikan dupa supaya roh yang merasuk tetap senang dan bertahan. dibelakangnya terdapat panglima perang yang gagah dengan baju megah penuh bendera di belakangnya. Tak lupa topi kebesaran dan pipi yang tertembusi macam macam benda tajam.
![Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh]() |
Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh |
Masing masing tatung menunjukkan hebatnya kesaktian yang dimiliki dengan pakaian yang bermacam ragam menyesuaikan roh yang merasuki. Wajah pongah yang terkadang dengan tatapan mata tajam namun tiba tiba nanar. Berada di atas tandu kemuliaan yang penuh dengan benda tajam. Mereka bertarung menunjukkan kekuatan supranatural. Tahun ini ada pula “tatung bule” yang datang dari luar negeri. Saya sendiri tidak yakin dirinya kerasukan roh leluhur, bisa saja hanya ikut meramaikan.
![Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh]() |
Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh |
Tidak hanya itu atraksi wajib dengan memotong tangan, lidah atau menusuk perut dengan senjata tajam tanpa terluka, tatung juga melakukan gerakan akrobatik di atas tandu tanpa takut jatuh, kaki dan tangan mereka dengan santainya beradu dengan senjata tajam tanpa terluka. Pertunjukan khas lainnya adalah memasukkan jarum besi panjang dengan bagian ujung yang dihias bunga teratai, ada pula yang ditusuk dengan buah jeruk, yang lebih berani biasanya menusukkan pedang atau batang besi yang lebih besar dari pipi kiri ke pipi kanan. Sekali lagi tidak ada darah yang keluar. Atraksi ekstrim ini cukup membuat wisatawan lokal dan mancanegara terperangah.
![Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh]() |
Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh |
Tubuh mereka bukan milik mereka. Roh dewa dan leluhur menggantikan jiwa dan raga. Mereka bukan lagi manusia. Besi tajam menembus pipi namun tak merasakan apa apa. Namun bagian lain tubuh mereka tak mampu tertembus tajamnya pisau. Gemuruh manusia menyambut tatung saat mereka beratraksi bak dewa dewi turun ke bumi. ![Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh]() |
Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh |
Tidak hanya atraksi ini. Tatung yang lapar juga tetap harus diberi makan, ada yang menggigit-gigit buah, ada yang memakan bunga sampai menggigit leher ayam. Tapi tidak semua atraksi yang membuat bergidik saja. Ada juga deretan tatung wanita cantik yang kerasukan roh Dewi Kwan Im yang duduk manis dengan sikap doa teratai namun tetap menduduki dan menginjak tandu yang penuh senjata tajam. Anak-anak pun tak mau kalah. Tatung-tatung muda sebagai penerus ini juga menunjukkan kebolehan yang sama. Jelas mereka tak punya rasa takut karena semua dilakukan tanpa sadar. Lautan manusia sungguh luar biasa, semua orang berebut untuk mengabadikan foto dengan smartphone dan kamera. Beberapa fotografer profesional dengan lensa tele bahkan drone silih berganti mengambil gambar. Semua orang berusaha mengabadikan momen spesial satu tahun sekali ini sebagai sebuah tradisi bangsa yang mampu dijadikan magnet pariwisata. Tak sia-sia persiapan yang sudah mereka lakukan sejak pukul 6 pagi.![Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh]() |
Tatung bergaya dengan berani di Festival Cap Go Meh |
Sayangnya saya tak mengikuti tatung ini hingga pulang kembali ke kelenteng dan mengembalikan roh dewa dan leluhur ke langit. Tubuh saya sudah benar-benar lelah. Kulit menghitam dengan beberapa kulit bagian muka yang terkelupas saking panasnya
Lezat di Singkawang
Kebetulan sedang lelah dan lapar. Saya bisa mencobai banyak makanan dan minuman di SIngkawang, salah satunya mampir ke Warung Kopi Han’s untuk menikmati kopi susunya yang sedap. Memang ada aroma dan rasa sedikit “gosong”namun saat bertemu dengan susu kental manis, citarasanya jadi luar biasa sedapnya. Jangan lupa mencoba bubur daging sapi dan sup mie asin yang gerobaknya ada di depan warung kopi yang juga bisa jadi teman baik ngopi disini.
![]() |
Misoa Singkawang |
Misoa atau mie asin yang sudah dikukus akan disiram dengan kaldu sapi dan diberi berbagai macam taburan seperti potongan daging sapi, teri dan kacang goreng, sawi dan daun bawang serta lobak manis yang menambah kenikmatan. Mie yang sudah asin dan gurih dipadukan dengan lobak manis yang bertekstur “kresnyes” menimbulkan tekstur kunyahan yang menyenangkan. Apalagi rasa manis yang ditinggalkan juga semakin memperkaya rasa. Sedap mantap! Jika masih ada sela kosong di lambung, boleh juga menambah pesanan nasi uduk dengan ayam geprek yang diberi sambal pedas manis.
![]() |
Bubur Daging sapi warkop Han's |
Masih ada lagi warung kopi lain yang jauh lebih legendaris yaitu warung Kopi Nikmat, Selain kopi susu nya yang juga nendang. Apa yang paling enak di tempat ini? coba saja kue Soes dan roti bakar serikaya yang menjadi ikon puluhan tahun warung kopi ini. Pasti ketagihan pada gigitan pertama. Oh ya, lihat juga lemari berbentuk segi delapan bertingkat dengan pintu kaca disekelilingnya, umurnya sudah puluhan tahun namun masih digunakan di warung kopi tiam ini. Sebelum saya lupa, ada juga sate kuah yang unik, dimana ada penggunaan kuah kaldu kuning dan bihun sebagai pelengkap sate ayam dan sapi ini.
![Sate Kuah spesial Warkop Nikmat Sate Kuah spesial Warkop Nikmat]() |
Sate Kuah spesial Warkop Nikmat |
Bergeser sedikit menuju Rumah Marga Thjia yang menjadi salah satu warisan budaya di Singkawang. Selain bisa menikmati arsitektur rumah Tionghoa masa lampau, disini juga menjual choipan. Sejenis panganan dari tepung beras yang diisi dengan berbagai macam isian. Bentuknya seperti pastel, didalamnya ada kucai atau bengkuang baru kemudian dikukus dan dimakan selagi hangat. Jangan lupa untuk mencelupnya kedalam saus cabe yang nendang pedas, asam dan rasa bawang putihnya. Kudapan sedap selama menjelajah Singkawang.
![Rumah Keluarga Marga Thjia Rumah Keluarga Marga Thjia]() |
Rumah Keluarga Marga Thjia |
Sedikit informasi mengenai bangunan bernuansa antik berbentuk U ini didirikan Xie Shou Shi (alias Xie Zhong Shou, Xie Shou, Xie Feng Chen), sang leluhur perintis pertama marga Xie di Singkawang, sudah berumur 105 tahun namun masih berdiri kokoh. Hingga kini sudah menjelang tujuh generasi masih menetap di situ dan meneruskan dan generasi ke generasi. Demi memelihara harta benda leluhur dan melestarikan benda bersejarah budaya corak original Tionghoa, sekaligus merespon kebijakan Pemkot Singkawang yang menetapkan kota Singkawang sebagai pusat kebudayaan Tionghoa untuk mengembangkan industri pariwasata setempat.
![Rujak Buah Thai Phui Jie Rujak Buah Thai Phui Jie]() |
Rujak Buah Thai Phui Jie |
Menu sedap lainnya yang tak boleh dilewatkan adalah rujak Thai Pui Jie juga jadi pilihan melawan hawa panas di Singkawang. Rujak buah segar dengan ebi dan petis yang super dahsyat ditambah dengan gurihnya kacang dan legitnya gula merah. Benar-benar sempurna memberikan kesegaran badan yang panas dan letih. Selain pada buah, bumbu ini juga bisa diaplikasikan ke manga muda dan sayuran. Coba saja semuanya supaya tidak penasaran. Masih ada menu lain seperti sup bihun daging sapi dan bongko dengan saus gula merah dan kelapa parut. Singkawang sempurna dengan makanannya
![]() |
Kwe Tiaw Asuk Singkawang |
Jika masih ada waktu, silakan mencoba Kwe Tiaw goreng Asuk (Paman dalam bahasa Hakka). Kwe tiaw yang digoreng menggunakan namseng serta dengan tambahan cangkok manis dan tauge. Untuk protein, kita bisa memesan telur mata sapi untuk melengkapi. Jangan lupa juga meminum sebotol soda (aek sasi/aek pipo) khas Singkawang. Nikmati juga Bakmi Kering H. Aman yang sudah punya nama. Mie yang biasanya non Halal disajikan Halal dengan bahan yang diganti. Mie gurih dengan tekstur yang sempurna. Mie bercampur dengan pangsit isi ayam dan ditambahkan toge dengan topping kue ikan, ayam kecap, telur dadar dan baso sapi kerikil ditemani kaldu lezat. Rekor kali ini Mas Arie mampu menghabiskan kurang dari 10 menit. Ada lagi kuliner bernama Sotong Kangkung Yau Yie 1+1+1. Sotong yang sudah direndam hingga lembut disiramkan dengan saus asam manis diatas kangkung yang direndam sebentar di air mendidih, tidak lupa taguran kacang tanah goreng yang sudah di tumbuk halus. Rasanya segar dan super gurih. Ini salah satu harta karun kuliner Singkawang.
Wisata Alternatif di Kota Singkawang
Ada beberapa lokasi menarik yang bisa dikunjungi saat mampir ke Singkawang, terutama pecinta panorama alam. Salah satu yang banyak menjadi lokasi foto saat bertandang ke Singkawang adalah Danau Biru. Perlu waktu sekitar 30 – 45 menit menggunakan motor untuk sampai ke Danau biru yang terletak TPA Wonosari daerah Singkawang Timur. Saat sampai disini saya langsung disambut hamparan danau biru dengan hamparan pasir dan batu kapur yang berundak undak. Tandus dan seperti padang gurun, Mungkin tempat ini hanya cocok untuk spot foto karena tempat ini tak terlalu nyaman untuk dinikmati berlama-lama. Lubang-lubang besar berisi air biru ini adalah bekal galian penambangan liar yang ditinggalkan begitu saja oleh pekerja.
![Danau Biru Singkawang Danau Biru Singkawang]() |
Danau Biru Singkawang |
Saya sempat mengambil foto disalah satu tempat yang memiliki kayu yang menjorok ketengah danau lalu berlarian ke Sudut danau bagian lain, sembari mengambil gambar dengan latar gunung Poteng. Sudut lain yang bisa juga dijadikan spot foto adalah sisa bebatuan pasir yang paling tinggi dengan hanya satu buah pohon yang hidup. Lumayan, untuk sekedar memamerkan keindahan alam di feed Instagram
![Embung Pajintan Singkawang Embung Pajintan Singkawang]() |
Embung Pajintan Singkawang |
Tempat lain yang sebaiknya juga dikunjungi adalah Embung Pajintan. Saya bergegas kesana karena ingin melihat sunsetdi Singkawang selain view dari pantai. Embung atau Waduk Pajintan terletak di Kelurahan Pajintan, Kecamatan Singkawang Timur, jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota dan selama perjalanan saya harus melewati jalan bergelombang dan berlubang. Sesampainya disana, saya memutuskan untuk berkeliling embung sembari mencari spot yang bagus untuk berfoto. Jika cuaca dan langit bersahabat, matahari bisa terlihat jelas dan tenggelam dibalik sederet gunung yang saling menyambung. Sayangnya. sore ini langit tak begitu bersih sehingga matahari tak begitu elok.
![Embung Pajintan Singkawang Embung Pajintan Singkawang]() |
Embung Pajintan Singkawang |
Jika memang berminat ada wahana bebek engkol yang terdapat di embung. Tempat ini cukup membuat saya senang karena dapat bermain air setelah kepanasan seharian. Ternyata Singklawang sudah banyak tempat nyaman untuk dikunjungi, bisa jadi Singkawang kedepannya akan menjadi tujuan wisata untuk membuang penat dan lelah serta tempat memanjakan lidah dan perut.
Singkawang, Magnet Wisata Baru yang Terus Menjaga Pluralisme.
Tidak semua penduduk kota ini Tionghoa, populasinya sekitar 250 ribuan orang dan 42 persennya adalah suku Hakka namun boleh dibilang kota ini damai dan salig menghormati antar suku dan umat beragama. terlihat antara Masjid Raya Singkawang bersebelahan dengan Vihara Tri Dharma Bumi Raya. Ini dibuktikan dengan Setara Institute yang merilis hasil penelitian yang mengukur soal promosi dan praktek toleransi di 94 kota di Indonesia pada tahun 2018 dan akhirnya mengganjar Kota Singkawang menjadi Kota Tertoleran di Indonesia dengan skor 6.513 di tahun 2019.
![Cap Go Meh, Kemeriahan Membuka Pintu Rejeki Cap Go Meh, Kemeriahan Membuka Pintu Rejeki]() |
Cap Go Meh, Kemeriahan Membuka Pintu Rejeki |
Tradisi yang menjadi unggulan pariwisata ini juga berhasil menjadi salah satu dari 100 Even pariwisata Indonesia yang dirilis Kementerian Pariwisata dalam bentuk Calender of Event (CoE) Indonesian Tourism. Promosi yang luas, tidak hanya didalam negeri namun sampai keluar negeri membuat Festival Cap Go Meh mampu mendatangkan hampir 80.000 wisatawan dalam dan manca negara.
Festival Cap Go Meh adalah magnet pariwisata baru yang benar benar mampu membuka rejeki bagi semua sektor ekonomi di Singkawang. Jadi tidak sabar untuk menunggu kejutan Festival Cap Go Meh 2020 nanti.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Blog “Generasi Pesona Indonesia Kota Singkawang 2019” yang diselenggarakan oleh Generasi Pesona Indonesia Kota Singkawang.